In House Training (IHT) SD Tarsisius 1 dan SD Tarsisius 2

SD Tarsisius 1 di Jakarta Pusat dan Tarsisius 2 di Jakarta Barat menyelenggarakan kegiatan in house training (IHT) bersama bagi para gurunya. Kegiatan berlangsung selama dua sabtu berturut-turut yaitu tanggal 15 dan 22 Juli 2023, di lantai 4 Aula Kantor Yayasan Bunda Hati Kudus (YBHK), Jl. Kebon Jeruk Raya No. 19, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. IHT menampilkan nara sumber Rahmat Hidayat, asesor dan penilai guru penggerak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Pelaksanaan IHT merupakan realisasi dari rangkaian kegiatan penguatan yang harus dilakukan, pasca SD Tarsisius 1 dan Tarsisius 2 ditetapkan sebagai Sekolah Penggerak oleh Kemendikbudristek. Dengan status baru sebagai sekolah penggerak, maka kedua Sekolah Dasar (SD) yang berada dalan naungan Yayasan Bunda Hati Kudus (YBHK) tersebut, akan menjadi bagian dari katalis dalam proses transformasi pendidikan di Indonesia.

Sekolah Penggerak merupakan program untuk mendorong proses transformasi satuan pendidikan, agar dapat meningkatkan capaian hasil belajar peserta didik secara holistik, baik dari aspek kompetensi kognitif (literasi dan numerasi), maupun non kognitif berupa karakter untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila (P3). Untuk mewujudkan P3 yang mencakup kompetensi dan karakter, selalu diawali dengan penyiapan SDM yang handal dan unggul yaitu kepala sekolah dan para guru yang berkarya di sekolah penggerak tersebut. IHT menjadi bagian dari upaya SD Tarsisius 1 dan Tarsisius 2 untuk mengembangkan SDM yang handal dan unggul, dalam rangka memperkuat sekaligus mempertegas status masing-masing sebagai sekolah penggerak.

Dalam pertemuan sesi pertama Sabtu, 15 Juli 2023, para peserta yang terdiri atas pimpinan sekolah dan para guru dari kedua sekolah tersebut, mendapatkan gambaran singkat tentang profil dan postur Kurikulum Merdeka (Kumer). Profil dan postur Kumer yang meliputi dimensi kognitif (kompetensi) dan pengetahuan (konten), struktur, komponen utama, fase, capaian pembelajaran (CP), tujuan pembelajaran (TP), alur tujuan pembelajaran (ATP), dan modul ajar (MA). Selanjutnya peserta dibagi dalam kelompok sesuai dengan fase untuk berdiskusi dan menyusun modul ajar. Pertemuan sesi pertama diakhiri dengan presentasi modul ajar dari masing-masing kelompok sesuai fase, dan selanjutnya mendapatkan feedback dari nara sumber.

Pertemuan sesi kedua atau sesi terakhir Sabtu, 22 Juli 2023 lebih fokus pada perencanaan projek untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila (P3) dan penilaiannya. Terkait P3, nara sumber yang juga Founder eRHa Edu Konsultan itu menjelaskan bahwa P3 harus melekat pada dua kegiatan utama pembelajaran yaitu intrakurikuler (di dalam kelas) dan projek. Projek yang dirancang untuk memperkuat P3 sehingga disebut dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Sebuah projek selalu memiliki empat tahapan yaitu tahap pengenalan, tahap kontekstualisasi, tahap aksi, dan tahap refleksi. Di dalam setiap tahapan harus dirumuskan kegiatannya. Selanjutnya masing-masing kegiatan dalam setiap tahapan tersebut akan disusun modulnya (satu kegiatan satu modul). Modul ajar untuk projek memiliki empat komponen utama yaitu tujuan, persiapan, pelaksanaan, dan tugas.

Penilaian untuk projek memiliki empat skala atau tingkatan yaitu Belum Berkembang (BB), Mulai Berkembang (MB), Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan Sangat Berkembang (SB). Masing-masing skala harus dibuatkan rentang nilainya. Selanjutnya peserta masuk kembali dalam kelompok masing-masing untuk berdiskusi dan merancang modul projek.
Sesi kedua diakhiri dengan presentasi modul projek dari masing-masing kelompok dan mendapatkan feedback dari nara sumber untuk koreksi atau perbaikan. Nara sumber juga memberikan banyak kalimat motivasi dan anekdot yang menginspirasi sekaligus menguatkan para peserta untuk tetap menjadi guru yang memiliki komitmen kuat, berintegritas, dan profesional.

Semua peserta merasa sangat puas dan beruntung mengikuti kegiatan IHT karena mendapatkan pencerahan dan insight baru, yang semakin memperkaya pemahaman tentang kurikulum merdeka. Dengan demikian, akan semakin percaya diri dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka di sekolah masing-masing sebagai sekolah penggerak, dan siap juga untuk melakukan pengimbasan kepada guru-guru di sekolah lain, khususnya di internal YBHK.

Penulis: Yoakim Deko Lamablawa

Scroll to Top