Pelatihan IKM Guru SD Se-YBHK

Peran sentral guru sebagai manajer pembelajaran dalam kelas, rasanya belum dapat tergantikan dengan teknologi artifisial secanggih apa pun. Hal ini karena kehadiran seluruh diri guru secara fisik di dalam ruang-ruang kelas, merupakan representasi dari narasi besar tentang keseluruhan proses pembelajaran dengan berbagai bentuk relasi dan interaksi yang ada di dalamnya. Sementara itu, teknologi sebagai produk tak bernyawa dan tak berperasaan, sesungguhnya hanya mengemban misi supporting belaka. Namun, jika guru tidak mau mengembangkan diri secara kontinyu dan beradaptasi dengan perubahan, tidak tertutup kemungkinan perannya akan semakin tereliminasi sehingga suatu saat bisa tergantikan. Kondisi ini bisa saja menjadi kenyataan karena kuat dan gencarnya intervensi teknologi, khususnya teknologi pembelajaran.

Dalam rangka pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru, sekaligus mendapatkan pemahaman yang lebih detail tentang praktik-praktik baik dan teknis implementasi kurikulum merdeka, maka guru-guru SD se-YBHK mengikuti pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Pelatihan dilaksanakan hari Sabtu, 3 September 2022 di Aula Sekolah Tarsisius 1, Jln. K.H Hasyim Ashari No. 26 Jakarta Pusat. Pelatihan IKM yang diikuti para pimpinnan SD serta guru kelas 1, 2, 4, dan 5 SD se-YBHK tersebut, menghadirkan nara sumber Fransiskus Sitinjak, anggota tim pengembang kurikulum Kolese St. Yusup – Bekasi, Jawa Barat.

Hermanus Eddy Gunawan, Ketua YBHK dalam pengarahannya mengingatkan para peserta pelatihan, agar mempertegas sekaligus memperkuat peran masing-masing sebagai guru, lewat pengembangan diri dan belajar terus-menerus. Sebagai guru harus terus meng-update diri dengan mempelajari berbagai hal baru dalam dunia pendidikan dan menerapkannya di dalam ruang-ruang kelas. Guru yang enggan atau lambat mempertegas sekaligus memperkuat perannya sebagai guru dan manajer pembelajaran, maka cepat atau lambat perannya akan digantikan oleh Google. Guru tersebut akhirnya menjadi korban dari perubahan itu sendiri. Hal-hal baru yang harus dipelajari dan diterapkan, untuk mengantisipasi perubahan sebagaimana yang dimaksud antara lain Kurikulum Merdeka (Kurma) dan Flipped Classroom (FC).

“Peran seorang guru tidak akan digantikan oleh Google apabila guru tersebut mampu menerapkan Kurikulum Merdeka dan Flipped Classroom di dalam ruang-ruang kelas dengan baik. Hal ini karena Google tidak memiliki perasaan sehingga tidak mampu mengajarkan nilai (value) kepada para siswa”, demikian mantan anggota Dewan Paroki Harian (DPH) Paroki St. Thomas Rasul itu mengingatkan.

Fransiskus Sitinjak mengarahkan para peserta untuk memahami dan memanfaatkan (1) Platform Belajar.id, (2) Konsep Besar Kurikulum Merdeka, (3) Penilaian/Asesmen dalam Kurikulum Merdeka, dan (4) Panduan Pengembangan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Sitinjak juga mengarahkan dan mendampingi para peserta untuk berlatih merancang administrasi pembelajaran sesuai Kurikulum Merdeka, baik pembelajaran intra maupun pembelajaran berbasis projek yang merujuk pada Profil Pelajar Pancasila (P3).

Para peserta sangat antusias mengikuti pelatihan ini karena mendapatkan pengetahuan baru tentang praktik-praktik baik dalam proses pembelajaran, sesuai dengan tuntutan dan formulasi Kurikulum Merdeka (Kurma). Hal yang paling penting adalah apa yang didapatkan dalam pelatihan ini harus dilanjutkan dengan implementasi, yang didukung oleh kemauan untuk mengembangkan diri dengan belajar terus-menerus. Guru yang baik adalah guru yang tidak pernah berhenti belajar dan berinovasi, sehingga mampu menginspirasi para siswanya. Apa yang dipelajari harus berujung pada penerapan atau praktik nyata. Hal ini karena mengetahui saja tidak cukup, harus menerapkan. Kemauan saja juga tidak cukup, harus melakukan.

Tidak semua guru SD se-YBHK, mengikuti kegiatan pelatihan ini. Oleh karena itu, pengetahuan dan praktik baik tentang implementasi Kurikulum Merdeka yang diperoleh dalam pelatihan ini, harus bisa didiseminasikan kepada rekan sejawat dalam tim kerja masing-masing. Dengan demikian, semua guru (SD) akan menjadi pelaksana Kurikulum Merdeka yang mumpuni, terampil, kreatif, dan berintegritas. Pada akhirnya, semua guru (SD) juga akan menjadi lentera yang mampu menerangi langkah para siswa dalam menelusuri lorong-lorong ilmu untuk menjadi pribadi yang cerdas dan berkarakter.

Penulis: Yoakim Deko Lamablawa

Scroll to Top