Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka Guru Kelas 3 & 6 SD Se-YBHK

Jenjang Sekolah Dasar (SD) se-YBHK telah memantapkan tekad untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka (Kurma) secara terbatas mulai tahun ajaran 2022-2023, dengan level kategori implementasi ‘Mandiri Berubah’. Dengan demikian dalam tahun ajaran 2022-2023, Kurma telah diterapkan secara terbatas untuk kelas 1 dan 4 SD se-YBHK. Selanjutnya secara bertahap dalam tahun ajaran 2023-2024 untuk kelas 1, 4, 2, dan 5. Terakhir tahun ajaran 2024-2025, secara menyeluruh untuk kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.

Konsekuensi dari keputusan tersebut adalah harus mengadakan pelatihan (training) implementasi kurikulum merdeka (IKM) untuk para guru SD sebagai manajer pembelajaran di dalam ruang-ruang kelas. Pelatihan sebelumnya telah dilaksanakan sejak bulan September 2022 untuk guru kelas 1, 2, 4, 5, dan guru mata pelajaran di SD sebanyak 6 pertemuan secara maraton, di masing-masing unit sekolah se-YBHK yaitu Tarsisius 1, Tarsisius 2, Damai, Vianney, dan Tarsisius Vireta.

Puncak dari rangkaian kegiatan training IKM guru-guru SD se-YBHK yaitu pertemuan ke-7 telah dilaksanakan hari Sabtu, 12 November 2022 di Aula lt. 4, Kantor YBHK, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 19, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pertemuan pamungkas ini melibatkan guru-guru kelas 3 dan 6 serta guru-guru yang belum ikut dalam pertemuan sebelumnya karena berhalangan, dengan total sebanyak 29 peserta.

Franciskus Sitinjak, nara sumber utama, dalam pengantarnya mengingatkan para guru untuk tidak boleh berhenti belajar mengembangkan diri, agar tidak tergerus oleh perubahan. Lambat merespon perubahan berarti siap untuk tereliminasi dari panggung kompetisi. Terkait dengan kurikulum, Sitinjak menegaskan bahwa guru adalah kurikulum yang sesungguhnya.

“Kurikulum memang terus berubah sesuai dengan tuntutan zaman, tetapi sebenarnya pribadi guru itulah kurikulum yang sesungguhnya. Oleh karena itu, guru harus terus belajar mengembangkan diri dengan memperkuat literasi, agar peran sentral guru sendiri tidak tergerus oleh perubahan”. Sitinjak juga menyodorkan cara sederhana untuk pengembangan diri para guru beserta filosofi implementasinya. “Salah satu cara sederhana untuk mengembangkan diri guru adalah ATM (Amati-Tiru-Modifikasi). Hal ini karena sesungguhnya tidak ada satupun hal di dunia saat ini yang sama sekali baru. Semuanya hasil modifikasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya. ATM dapat diimplementasikan dengan filosofi ibu yang melahirkan. Sebagaimana ibu yang melahirkan, maka guru juga harus mengeluarkan semua potensi terbaik yang dimiliki, untuk melahirkan ide-ide kreatif bagi peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran”.

Pada bagian lain, anggota tim pengembang kurikulum Kolese St. Yusup-Bekasi, Jawa Barat itu menyebutkan tiga tipe guru yang sering menampakkan eksistensinya belakangan ini. Pertama, Tipe guru nyasar. Bagi guru nyasar, menjadi guru adalah musibah bagi dirinya sendiri dan juga bagi para muridnya. Karena musibah, maka kondisi yang sering muncul adalah mengeluh, malas, menunda, menyalahkan, dan banyak alasan. Kedua, Tipe guru bayar. Ciri yang menonjol dari guru bayar adalah senyum di tanggal muda dan lemas di tanggal tua. Ketiga, Tipe guru sadar. Guru sadar adalah tipe guru yang menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah pintu penghubung masa kini dan masa depan anak didiknya.

Sebagaimana dalam pertemuan sebelumnya, dalam pertemuan ke-7 ini Sitinjak juga mengarahkan para peserta untuk memahami (1) Konsep Besar Kurikulum Merdeka, (2) Penilaian/Asesmen dalam Kurikulum Merdeka, dan (3) Panduan Pengembangan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Sitinjak juga mengarahkan dan mendampingi para peserta untuk merancang dan memodifikasi administrasi pembelajaran sesuai dengan roh Kurikulum Merdeka, baik pembelajaran intra maupun pembelajaran berbasis projek yang merujuk pada Profil Pelajar Pancasila (P3). Hal lain yang tidak kalah penting adalah implementasi, yang didukung oleh kemauan untuk mengembangkan diri secara terus-menerus. Guru yang baik adalah guru yang terus mengembangkan diri dan berinovasi, sehingga mampu melahirkan gagasan-gagasan kreatif sekaligus menginspirasi para siswanya.

Pada bagian akhir pertemuan ke-7 ini, Paulus Sabon Lelaona sebagai nara sumber ke-2, melatih dan mendampingi para peserta untuk mengerjakan projek. Projek penguatan profil pelajar pancasila (P5), yang merupakan bagian dari struktur kurikulum merdeka. Paulus Sabon mendampingi para peserta untuk mencetak benda-benda tiga dimensi seperti bros, bingkai foto, patung, dll. Para peserta tampak sangat senang dan antusias mengikuti kegiatan ini

Penulis: Yoakim Deko Lamablawa

Scroll to Top